Senin, Agustus 23, 2010

18 Minggu di LIK ( Praktek Industri)

       Pada Semester 4 ini kampus saya memprogramkan Praktek Kerja Industri untuk para mahasiswanya selama 2 semester. Program studi sering disebut kurikulum sandwich, karena selama 3 semester mendapatkan materi kuliah dasar, 2 semester praktek di industri, 1 semester untuk menyusun tugas akhir. Kurikulum ini diadopsi dari pendidikan tinggi di Jerman.
        Saya mendapatkan tempat praktek industri di Lingkungan Industri Kecil (LIK) di Bandung. Awal pertama datang ke LIK disambut dengan bau yang tidak sedap, jalan yang berlumpur. Saya mengira pasti disini pasti ada pencemaran limbah industri tapi saya belum tau pasti apa penyebabnya. 
        Lalu saya menuju ke kantor dimana saya akan magang selama 2 semester ini. Saya masuk ke kantor yang terbangun dari bekas container (jadi serasa koboi di amerika sana suasananya) disulap menjadi ruangan yang diisi 3 orang, lengkap dengan komputer dan pendingin ruangan. Kita masuk berlima, duduk dikursi sambil agak berdempetan. Saya mulai tidak semangat melihat kondisi ini. Ilmu apa yang saya akan dapatkan dari tempat ini. Tapi saya coba menyemangati hati sendiri.


Halaman Belakang Container ( Sungguh Natural)
         Hari pertama dimulai, dapat tugas menghitung kebutuhan baut dan mur untuk 2 proyek. Lalu memotong pipa diameter 600. Hari itu cukup membuat lelah, begitu juga hari-hari selanjutnya karena kita bekerja memakai otot, sedikit otak. Tetapi mulai hari itu saya mendapatkan ilmu, bukan juga teknik. Tapi ilmu untuk berkomunikasi dengan orang yang latar belakangnya belum pernah saya temukan sebelumnya. Alhamdulillah bisa berjalan baik komunikasi saya dengan orang-orang itu. 
        Hari terus berlalu, pekerjaan semakin banyak. Tetapi disini saya melihat sosok pemimpin yang kurang lihai untuk memimpin. Yang dimana kedatangannya bukan menambah semangat pekerja tapi membuat pekerja terlihat tertekan dan tidak semangat. Tidak bisa memberikan solusi, hanya bisa membuat pucat pasi. Bawaannya emosional, padahal masalahnya pun belum dikenal.
        Semakin lama saya semakin kenal dengan suasana kerja disini. Sungguh sangat tidak kondusif. Banyak hal yang sangat mengganggu ketika bekerja. Berawal dari manajerialnya, yang terlalu banyak campur tangan keluarga yang haus akan harta. Semuanya diatur untuk keuntungan pribadi. Dan ujungnya berdampak kepada kesejahteraan para pekerja.
        Saya terkejut setelah tau berapa upah yang dibayar, tidak setimpal dengan apa yang dikerjakan, tidak setimpal dengan resiko yang ditanggung. Lebih parahnya lagi, mereka merupakan buruh lepas. Tidak ada perjanjian kontrak yang pasti, artinya tidak ada kehidupan yang pasti juga untuk mereka. Bila tak ada proyek lagi. Ya sudah berarti tak ada pendapatan lagi, mereka dirumahkan sementara sampai batas waktu tidak jelas.  Sampai ada pegawai yang meminta kepada saya suatu pekerjaan, terserah apapun itu yang penting keluar dari PT ini. Saya sendiri bingung, saya masih berencana buka usaha sekitar 5 taun lagi paling cepat.
        Dari 18 minggu ini saya akan bertekad akan menjadi pengusaha yang benar benar bisa memanusiakan para karyawannya. Memberikan mereka suatu kehidupan yang pasti. Tidak penuh dengan kebingungan. Cukup saja mereka memikirkan amalnya dengan yang Maha Kuasa, Allah SWT.

Ini crew di LIK