Kamis, Desember 27, 2012

Tak Ada Alasan

Jakarta, 26 Februari 2012

Ku terbangun di pagi hari, tak seperti hari biasanya cuaca hari di rabu pagi ini. Dingin dan cerah, terlihat matahari masih berselimut dibalik awan seolah sudah lelah menunjukan dirinya yang tak kunjung dimanfaatkan manusia sepenuhnya dengan rasa syukur. Merasakan suasana seperti ini seperti saya berada di tempat kelahiran saya dan membuat saya membayangkan waktu yang telah lewat.

Waktu yang telah lewat, waktu yang dimana terasa singkat bila kita mengenangnya dan terasa lama saat menjalaninya. Waktu berhubungan erat dengan kehidupan, yang kurang lebih analoginya sama dengan waktu terasa singkat saat mengenangnya dan lama saat saat menjalaninya. Kehidupan semua manusia pasti dinamis, tak ada yang statis,. Itu semua tergantung takdir, usaha dan keputusan yang kita ambil dalam menata kehidupan pribadi kita sesuai dengan mimpi yang kita kejar. Sering kali kita membuat konsep atau semacam pemikiran agar dinamika tersebut tidak berdampak besar terhadap kestabilan jiwa kita. Salah satunya dengan menghindari agar tidak sakit hati saat kita mencintai seseorang dan hubungan itu berakhir tanpa kita inginkan.

Mencintai seseorang biasanya dimulai dengan sebuah alasan yang bagi kita itu keren dan cocok dengan hati kita. Cinta pun tumbuh dengan alasan yang menyebabkan kita semakin mencintai kekasih kita. Namun biasanya cinta itu pun pergi dengan alasan-alasan yang bertentangan dengan alasan awal saat kita mencintai seseorang. Jadi apakah bisa kita mencintai seseorang tanpa sebuah alasan apapun?. Sehinngga saat kita mencintainya, kita bisa cocok dengan sendirinya dan tanpa ada alasan dan melepasnya pun dengan mudah. Seperti balok LEGO yang pasti cocok dengan balok LEGO lainnya dan membentuk suatu konfigurasi sesuai dengan yang kita inginkan. Pasang dan lepas dengan mudah.

Bandung, 25 Desember 2012

Ternyata mencintai seseorang tanpa sebuah alasan itu tidak bisa. Meskipun awalnya kita bisa tanpa mempunyai alasan. Namun dengan seiringnya waktu alasan pun akan muncul dan memenuhi hati kita untuk mencintai seseorang. Balik lagi analogi dengan LEGO, lego yang awalnya adalah satu buah balok dan disusun dengan balok-balok lainnya akan menjadi sebuat bentukan yang indah. Sama halnya kisah kita mencintai seseorang dengan satu alasan dan muncul alasan lain yang akan membentuk keindahan dalam hidup. Lalu janganlah lupa bahwa LEGO tersebut merupakan mainan bongkar pasang, yang sangatlah mudah untuk diambil dan mudah dicocokan balok-baloknya oleh "orang lain" yang akan menyusun bentuknya sendiri. Jadi bila susunan LEGO yang kita bentuk dan diambil oleh orang lain, maka apa jadinya bentuk LEGO kita?. Begitu juga dengan cinta kita...